Hadist Mengenai Berdiam di Masjid

Random hadith this afternoon while waiting for Isha time.


Saya suka sekali dengan apps ini karena ada opsi mencarikan hadist secara acak untuk dibaca. Jatah malam Minggu ini adalah kitab Ibnu Majah bagian berdiam di masjid dan menantikan waktu shalat berikutnya.
Hadist pertama: Rasulullah salallahu alayhi wassalam berkata, “Jika salah satu di antara kalian memasuki masjid, dia berada dalam keadaan shalat selama niatnya datang ke sana adalah untuk melakukan shalat, dan malaikat akan mendoakan siapa saja yang berdiam di tempatnya melakukan shalat: ‘Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah, rahmatilah dia. Ya Allah, terimalah taubatnya.’ selama tidak batal wudhunya juga tidak mengganggu yang lain.”
Hadist kedua: Rasulullah salallahu alayhi wassalam berkata, “Tidaklah seorang Muslim datang ke masjid untuk melakukan shalat dan mengingat Allah melainkan Allah merasa gembira melihatnya seperti keluarganya berbahagia bertemu dengannya setelah lama tak bersua.”
Hadist ketiga: Abdullah bin Amr berkata, “Pada satu ketika kami melakukan Shalat Maghrib bersama Rasulullah salallahu alayhi wassalam kemudian siapa yang berkehendak pergi dari masjid pun pergi dan siapa yang berkehendak berdiam pun berdiam di sana. Tiba-tiba Rasulullah salallahu alayhi wassalam berlari balik ke masjid terburu-buru hingga kehabisan napas, sambil menyingsingkan pakaiannya hingga ke lutut, lalu berkata: ‘Berbahagialah, sesungguhnya Tuhanmu telah membuka salah satu pintu gerbang surga lalu berbangga di hadapan malaikat – Lihatlah hamba-hambaku, mereka sudah menyelesaikan satu tugas wajib dan sedang menanti untuk mengerjakan tugas berikutnya-‘.”
Ketiga hadist itu mengingatkan saya bahwa masjid bukanlah tempat biasa, bukan sekedar sebuah ruangan di pojokan kantor, mall, dll tempat umum (bahkan di perusahaan tempat saya bekerja beberapa belas tahun yang lalu manajemen tidak menyediakan mushala sehingga karyawan harus shalat di tangga darurat).
Masjid adalah tempat istimewa di mana kita bisa berdoa dan sekaligus didoakan oleh para penghuni langit. Begitu kita memasuki masjid, maka anggaplah kita langsung berpindah dunia ke tempat di mana segala urusan dunia seharusnya bisa kita abaikan sejenak, bukan seperti orang kebanyakan masih membawa ponsel ke dalam masjid untuk saling berkirim pesan dll.
Beberapa kali ada rekan-rekan kerja yang berbincang ngalor ngidul tentang urusan dunia dengan suara yang kencang pula di dalam mushala kantor padahal saat shalat buat saya adalah waktunya berkomunikasi dengan Allah Subhana Wa Ta’ala sehingga saya butuh ketenangan (beda khan rasanya ketika kita berbincang dengan seseorang di tempat sepi dengan di tengah keramaian sehingga banyak yang “menganggu konsentrasi”).
Hadist-hadist itu mengingatkan saya akan keutamaan berdiam di masjid, sejalan dengan hadist pertama, bahwa selama kita menantikan waktu shalat berikutnya (jika tidak batal wudhu juga tak menganggu yang lain) di dalam masjid, maka Allah menyaksikan dan menyambut gembira, sehingga para malaikat pun mendoakan…jadi nggak pantes kita ngobrol ngalor ngidul ketawa ketiwi apalagi menyebar fitnah atau menghasut di dalam ruangan shalat sehingga menganggu jama’ah lain. Bicarakanlah hanya amar ma’ruf nahi munkar, hablum minallah hablum minannas, kajian Qur’an dan hadist, bukan kampanye pilkada dengan menyebarkan kebencian (yang sepertinya sebentar lagi akan marak di Jawa Barat).
La hawla wa la quwwata illa billah.

Leave a comment