Selamat Datang Kembali, KOOPSSUSGAB!

Tentara Nasional Indonesia terdiri dari 3 matra yaitu Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Kebanyakan yang orang tahu hanya KOPASSUS pasukan terbaik yang milik TNI, dan menduduki peringkat ke-3 pasukan terbaik di dunia menurut penilaian Discovery channel military edition 2008. Padahal selain KOPASSUS sebenarnya setiap matra memiliki pasukan khusus.

KOPASSUS = Komando Pasukan Khusus, bagian dari Komando Utama (KOTAMA) tempur yang dimiliki oleh TNI AD. Prajuritnya memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror. Kemampuan 1 orang KOPASSUS sama dengan 8 orang TNI.

SAT-81/GULTOR = Satuan Penanggulangan Teror, dibentuk oleh Letjen TNI LB Moerdani (saat itu menjabat Kepala BAIS/Badan Intelijen Strategis) pasca pembajakan pesawat Garuda Indonesia tanggal 28-31 Maret 1981 (Peristiwa Woyla) oleh “Komando Jihad”Jamaah. Tidak seperti satuan lain yang sesekali mengekspos kegiatan mereka, data mengenai satuan ini sangat dirahasiakan karena visi dan misinya adalah untuk “tidak diketahui, tidak terdengar dan tidak terlihat”. Beberapa tahun belakangan, istilah GULTOR dihilangkan karena kualifikasi yang dimiliki lebih dari penanggulangan teror. Komandan pertamanya waktu dibentuk adalah Mayor Inf. Luhut Binsar Panjaitan dengan wakil Kapten Inf. Prabowo Subianto.

SAT BRAVO-90 = Satuan Bravo 90 dibentuk secara terbatas di lingkungan Korps Pasukan Khas TNI AU di tahun 1990. Bravo berarti yang terbaik. Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran Jenderal Guilio Douchet: Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan kekuatan udara lawan dengan cara menghancurkan pangkalan/instalasi serta alutsista-nya di darat daripada harus bertempur di udara. Kemampuan 1 orang SAT BRAVO-90 setara dengan 5 orang TNI.

KOPASKA = Komando Pasukan Katak, didirikan tanggal 31 Maret 1962 oleh Presiden Soekarno untuk mendukung kampanye militer di Irian Jaya. KOPASKA berkekuatan 3.000 prajurit. Satu grup di Armada Barat di Jakarta, dan satu grup di Armada Timur di Surabaya. Tugas utama mereka adalah menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan kekuatan amfibi. Kemampuan 1 orang KOPASKA setara dengan 24 orang TNI.

YONTAIFIB = Batalyon Intai Amfibi, satuan elit dalam Korps Marinir seperti halnya KOPASSUS dalam jajaran TNI AD. Dahulunya satuan ini dikenal dengan nama KIPAM (Komando Intai Para Amfibi). Salah satu program latihan bagi siswa pendidikan YONTAIFIB, adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat, sejauh 6 km di Selat Madura. Dari satuan ini kemudian direkrut lagi prajurit terbaik untuk masuk kedalam Detasemen Jala Mengkara (DENJAKA), pasukan elitnya TNI Angkatan Laut. Dalam segi tingkat kemampuan 1 orang YONTAIFIB sama dengan 24 orang TNI.

DENJAKA = Detasemen Jala Mangkara, sebuah detasemen pasukan khusus di TNI AL yang merupaka satuan gabungan antara personel KOPASKA dan YONTAIFIB. Anggota Denjaka dididik di Bumi Marinir Cilandak dan harus menyelesaikan suatu pendidikan yang disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut). Lama pendidikan ini adalah 9 bulan. Intinya DENJAKA memang dikhususkan untuk satuan anti teror walaupun mereka juga bisa dioperasikan dimana saja terutama anti teror aspek laut. Dalam segi tingkat kemampuan 1 orang DENJAKA sama dengan 120 orang TNI.

Di tahun 2015, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, membentuk pasukan gabungan yang terdiri dari prajurit-prajurit terbaik masing-masing matra. Namanya KOOPSSUSGAB (Komando Operasi Khusus Gabungan). Mereka standby, selalu siaga 24/7/365, siap bergerak dalam hitungan detik untuk menyelesaikan masalah keamanan terutama terorisme.

Kehadiran pasukan khusus di tengah kita ini dipublikasikan luas, resmi berdirinya tanggal 9 Juni 2015 pun dengan upacara militer di Lapangan Monas. Keahlian mereka untuk bertindak dengan cepat, efektif, dan senyap pastinya membuat gentar kelompok-kelompok pengacau keamanan. Tidak ada serangan teroris selama Jenderal Moeldoko menjabat Panglima TNI.

Sayangnya pada saat Jenderal Moeldoko pensiun lalu digantikan dengan Jenderal Gatot Nurmantyo (8 Juli 2015-8 Desember 2017), Koopssusgab dibubarkan. Para prajurit dikembalikan ke kesatuan masing-masing. Sayang sekali, Indonesia sangat membutuhkannya mengingat serangan teroris ternyata marak lagi sejak 2,5 tahun belakangan ini.

Tidak ada serangan teroris sepanjang tahun 2014-2015, tahun 2016-2018 ini sudah berkali-kali kedamaian kita dirusak kelompok pengacau keamanan yang berafiliasi ke Daulah Islamiyah (Islamic State) dengan tujuan mengubah Indonesia menjadi negara Islam.

14 Januari 2016 = 8 orang tewas (termasuk 4 orang teroris) dalam peristiwa penembakan dan bom bunuh diri di Sarinah, Jakarta Pusat.

5 Juli 2016 = seorang pelaku bom bunuh diri tewas setelah melakukan aksinya di halaman kantor Mapolresta Solo, Jawa Tengah, terjadi hampir bersamaan dengan ledakan yang terjadi di Madinah, Arab Saudi, sehari sebelumnya.

28 Agustus 2016 = teror bom terjadi di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Medan, Sumatera Utara, seorang pastor mengalami luka ringan di lengan kiri walaupun pelaku gagal meledakkan bom.

13 November 2016 = sebuah bom molotov meledak di depan Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, empat orang anak mengalami luka bakar di sekujur tubuh akibat peristiwa ini lalu satu orang di antaranya meninggal dunia di rumah sakit keesokan harinya.

14 November 2016 = sebuah bom molotov meledak di Vihara Budi Dharma, Singkawang, Kalimantan Barat, tidak ada korban jiwa maupun korban luka dalam peristiwa ini karena terjadi pada pukul 02:30 pagi WIB, saat tidak ada kegiatan di vihara.

24 Mei 2017 = dua bom meledak di sekitar Terminal Bus Kampung Melayu, Jakarta Timur pada malam hari, menewaskan 5 orang tewas yaitu 3 orang polisi yang gugur dalam tugas menjaga pawai obor menyambut bulan Ramadan pada malam itu dan dua pelaku bom bunuh diri.

30 Juni 2017 = seorang laki-laki menikam 2 orang petugas polisi beberapa saat setelah melakukan Shalat Isya berjama’ah dengan 20an anggota Brimob di Masjid Faletehan, hanya 200 m dari Mabes Polri, pelaku ditembak mati karena menolak menyerah lalu mengayun-ayunkan senjata tajamnya membahayakan masyarakat.

11 Februari 2018 = Gereja St. Lidwina Sleman, Yogyakarta, diserang seorang pria berpedang pada saat berlangsung misa Minggu pagi, empat jemaat dan seorang polisi menjadi korban sabetan, pelakunya adalah Suliyono yang sempat berusaha mendapatkan paspor untuk berangkat ke Suriah.

8 Mei 2018 = 156 orang narapidana kasus terorisme menyandera para petugas keamanan di Rumah Tahanan Salemba yang berada di Kompleks Mako Brimob, Depok, 5 orang polisi (4 orang anggota Densus 88 dan 1 orang dari Polda Metro Jaya) gugur setelah disiksa dengan sadis oleh teroris-teroris itu, mereka juga menyiksa 1 orang polisi dan 1 orang polwan, krisis berakhir setelah 155 orang napiter menyerah dan 1 orang napiter ditembak mati petugas keamanan.

13 Mei 2018 = bom bunuh diri meledak di Surabaya, pelakunya satu keluarga (Dita Oeprianto bersama istri dan empat anaknya), korban jiwanya 10 orang jemaah gereja termasuk anak-anak yang sedang menghadiri misa Minggu pagi, malamnya bom meledak di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, menewaskan tiga orang (termasuk kepala keluarga yang kejadian sedang merakit bom).

14 Mei 2018 = bom meledak di gerbang Mapolrestabes Surabaya, pelakunya satu keluarga (Tri Murtiono bersama istri dan tiga anaknya), anak perempuan bungsu mereka ternyata selamat dan kini menjadi saksi kunci bagi polisi membongkar jaringan teroris mereka.

16 Mei 2018 = aksi penyerangan juga terjadi di kawasan Mapolda Riau, Pekanbaru, Riau, pelaku melukai dua anggota kepolisian dengan senjata tajam, mobil lantas melaju ke arah pintu keluar dan kemudian menabrak satu anggota polisi lainnya yang mencoba menghalau laju kendaraan (Iptu Anumerta H. Auzar), 4 pelaku tewas ditembak di lokasi dan satu pelaku yang sempat melarikan diri sudah ditangkap.

Keputusan Presiden RI Ir H Joko Widodo untuk mengaktifkan kembali Koopssusgab sangatlah tepat. Personelnya yang hanya berjumlah 90 orang (gabungan prajurit-prajurit terbaik dari SAT-81 KOPASSUS TNI AD, DENJAKA TNI AL, dan SAT BRAVO-90 PASKHAS TNI AU) akan sangat mampu menangani masalah terorisme.

Artboard 1(1)

Digabungkan dengan kekuatan POLRI yang memiliki DENSUS 88 (angka 88 ini diambil dari ATA = anti-terrorist act atau “eighty eight”), KOOPSSUSGAB dijamin bisa membasmi teroris di Indonesia sampai ke akar-akarnya, yang sekarang menjadi kepentingan urgent menjelang Asian Games, 18 Agustus – 2 September 2018.

Selamat datang kembali, KOOPSSUSGAB! Selamat berjuang mengamankan bangsa dengan seluruh dukungan rakyat Indonesia yang cinta damai.

Referensi:

https://www.bintang.com/lifestyle/read/2245580/5-pasukan-tni-yang-sanggup-bikin-merinding-dunia

https://id.wikipedia.org/wiki/Detasemen_Khusus_81_(Penanggulangan_Teror)

https://www.bintang.com/lifestyle/read/2578937/koopssusgab-pasukan-gabungan-elite-tni-yang-siaga-setiap-detik

https://rappler.idntimes.com/sakinah-haniy/daftar-lini-masa-serangan-teroris-indonesia

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/07/01/08030881/kronologi.penusukan.polisi.di.masjid.falatehan.dekat.mabes.polri

https://www.era.id/read/RMU1kp-mengenal-kekuataan-koopssusgab-tni

Catatan Ramadhan 1439 H (02): Jihad dan Mati Syahid

Beberapa hari yang lalu, istri Kapolda Jawa Timur menjenguk AIS, anak perempuan yang kini yatim piatu sejak orang tua dan dua kakaknya tewas sebagai pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya itu di RS Bhayangkara. Ketika Ibu Lita Machfud Arifin menanyakan cita-citanya, gadis kecil umur 8 tahun itu menjawab: “Mati syahid.”

Jawaban anak sekecil itu pastinya karena indoktrinasi orang tuanya, suami istri yang membawa tiga anak mereka membom kantor polisi, sama dengan suami istri yang membawa empat anak mereka membom tiga gereja dalam waktu bersamaan sehari sebelumnya. Mungkin begitulah yang mereka yakini berdasarkan ajaran Islam versi ustad entah siapa, atau malah mungkin cuma dari belajar dari media cetak/elektronik (karena sekarang trending penyebaran paham radikalisme berkedok “pengajaran agama” melalui Youtube, Facebook, dll setelah sebelumnya menggunakan majalah/buku/brosur).

Apa sih sebenarnya definisi “mati syahid” yang disabdakan oleh Rasulullah shalallahu alayhi wasallam? Sang Utusan yang membawa Firman Allah menyampaikan:

– Terbunuh karena mempertahankan hartanya adalah mati syahid, terbunuh karena mempertahankan dirinya sendiri adalah mati syahid, terbunuh karena melindungi keluarganya adalah mati syahid. (https://sunnah.com/nasai/37/129)

– Terbunuh karena hartanya adalah mati syahid, terbunuh karena agamanya adalah mati syahid, terbunuh karena mempertahankan diri adalah mati syahid, terbunuh karena keluarganya adalah mati syahid. (https://sunnah.com/tirmidhi/16/38)

– Orang-orang yang mati syahid ada lima: Mereka yang meninggal karena wabah sampar/pes, penyakit perut, tenggelam, tertimpa (bangunan atau barang berat), dan yang mati di jalan Allah. (https://sunnah.com/tirmidhi/10/99)

– Perempuan yang wafat karena melahirkan adalah mati syahid. (https://sunnah.com/nasai/25/79)

Tidak ada dalam perkataan Kanjeng Nabi bahwa amalan mati syahid, imbalannya surga terbaik di sisi Allah kelak, diperoleh dengan membunuhi orang lain. Juga tidak dengan membunuh diri sendiri.

Ada suatu kejadian di masa perang melawan kaum musyrikin, seorang sahabat melihat ada seorang lelaki yang begitu gagah berani berhasil membunuh begitu banyak musuh umat Islam, namun Rasulullah shalallahu alayhi wasallam malah berkata: “‏ أَمَا إِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ ‏” (sesungguhnya dia adalah ahli/penghuni neraka). Sahabat itu heran, lalu keesokan harinya pada mengikuti si lelaki pemberani ke mana pun pada saat perang berlanjut. Ternyata lelaki itu kemudian terluka parah, lalu ingin lebih cepat mati dengan bunuh diri menusukkan pedang ke dadanya sendiri. Atas itulah kemudian Kanjeng Nabi bersabda: “Ada yang dilihat orang seolah melakukan perbuatan ahli surga padahal sebenarnya dia ahli neraka, yang lain kelihatannya melakukan perbuatan ahli neraka padahal sebenarnya dia ahli surga.” (https://sunnah.com/bukhari/56/112).

Hadist di atas itu, kalau kelompok teroris benar-benar belajar Islam dengan membaca Qur’an dan Hadist bukan termakan indoktrinasi kaum fundamentalis radikalis, harusnya menyadarkan mereka (dan kita semua) bahwa pahala mati syahid itu tidak akan diperoleh dengan melakukan bom bunuh diri. Kalau naik bus lalu dicopet, melawan kemudian dibunuh copet, itu yang berpahala mati syahid. Kalau perempuan akan diperkosa lalu dia melawan sampai mati, itu juga pahalanya mati syahid. Ibu yang wafat karena melahirkan anaknya pun mati syahid.

Bapak-bapak polisi yang gugur di Terminal Kampung Melayu – Jakarta, Rutan Mako Brimob – Depok, Mapolresta Surabaya, dll itu insya Allah mati syahid karena almarhum sedang menjalankan tugas negara menjaga keamanan keluarga dan sesama bangsanya.

Kenapa mati syahid jadi idaman? Karena ada jaminan masuk surga tanpa dihisab, dihapuskan semua dosanya. Namun jangan lupa bahwa mati syahid tidak menghapuskan hutang, karena berhutang dilakukan terhadap sesama manusia sehingga tetap wajib dibayar kepada sesama manusia, tidak akan dihapuskan oleh Allah. (https://sunnah.com/muslim/33/179)

Pergi jihad, berperang melawan kaum penyembah berhala, menjadi jalan utama untuk memperoleh pahala mati syahid di zaman Rasulullah karena pada masa itu umat Islam ditindas. Budak yang menjadi Muslim dibunuhi oleh majikannya. Bahkan Umar bin Khattab pun sempat akan membunuh adik perempuannya sendiri begitu mendengar adik itu sudah memeluk agama Islam (namun kemudian hatinya malah berbalik lalu juga ikut menjadi Muslim setelah mendengar sang adik membacakan Surat At Thoha ayat 1-14).

Di masa-masa sulit bagi Muslim di Hijaz saat itu, Aisyah binti Abu Bakar radiallahu anha pernah bertanya: “Ya Rasulullah, jika jihad adalah amalan terbaik, bukankah sebaiknya kami juga pergi berperang?”

Rasulullah menjawab: “‏ لَكِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ ‏” (jihad terbaik bagi perempuan adalah haji mabrur) (https://sunnah.com/bukhari/56/3)

Jadi, berjihad bukanlah menghilangkan nyawa orang lain sekaligus nyawa sendiri dan nyawa anak-anak seperti yang dilakukan ibu-ibu pelaku bom bunuh diri itu, jika mereka berharap mati syahid. Ah, andai mereka tahu…tak akan mereka melakukan perbuatan sekeji itu.

Jihad saya, semoga segera ada rezeki, adalah berhaji dengan sebaik-baiknya mengikuti tuntunan Kanjeng Nabi supaya diterima ibadah saya oleh Allah Subhana Wa Ta’ala sehingga diampuni segala dosa. Amin ya Robbal alamin.

best jihad for women is hajj.jpg

Catatan Ramadhan 1439 H (01) – Meniru Shalat Tarawih Rasulullah

17 Mei 2018. Malam pertama Ramadhan 1439 H. Masjid-masjid penuh dengan jama’ah yang berniat melakukan Shalat Isya dilanjutkan dengan Shalat Tarawih. Sajadah digelar sampai ke teras, padahal biasanya hanya satu-dua shaf.

Dalam kitab Shahih Bukhari, tercatat memang Rasulullah shalallahu alayhi wasallam bersabda: “Siapa saja yang melakukan shalat malam (di bulan Ramadhan) semata-mata karena iman dan mengharap imbalan dari Allah, maka akan diampuni seluruh dosanya yang telah lalu.”

Tapi apakah memang Shalat Tarawih itu dicontohkan Kanjeng Nabi dilakukan berjama’ah? Ternyata tidak lho. Yang sangat dianjurkan dilakukan berjama’ah di masjid-masjid itu sebenarnya shalat wajib yang lima waktu (sebelum fajar menyingsing = Shalat Subuh, tengah hari = Shalat Zuhur, sore hari = Shalat Asar, senja hari = Shalat Maghrib, malam hari = Shalat Isya).

Aisyah binti Abu Bakar radiallahu anha menyampaikan bahwa pernah suatu kali Rasulullah shalallahu alayhi wasallam melakukan Shalat Tarawih di masjid dengan beberapa orang bermakmum. Di pagi harinya, shalat itu diperbincangkan orang-orang sehingga di malam kedua pun makin banyak orang yang ikut bermakmum. Karena semakin diperbincangkan orang, di malam ketiga pun masjid penuh dengan orang-orang yang shalat bermakmum di belakang Kanjeng Nabi. Di malam keempat, jama’ah sampai meluber ke luar masjid namun Rasulullah shalallahu alayhi wasallam malah shalat di rumah, baru ke masjid pada waktu Shalat Subuh yang sesudahnya Sang Utusan Allah bersabda: “Amma ba’du, aku mengetahu kehadiran kalian (untuk melakukan Shalat Tarawih berjama’ah bersamaku semalam) tapi aku kuatir akan menjadi beban untuk kalian (jika seolah-olah menjadi kewajiban).”

Sejak saat itulah orang-orang melakukan Shalat Tarawih sendiri-sendiri hingga Kanjeng Nabi wafat lalu kepemimpinan Daulah Islamiyah dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar Siddiq.

Di awal masa khulafaur rasyidin berikutnya, Khalifah Umar bin Khattab, orang-orang melakukan Shalat Tarawih sendiri-sendiri atau dalam kelompok-kelompok kecil di dalam masjid.Pada suatu malam, Khalifah Umar melihatnya lalu berkata, “Menurutku lebih baik jika semuanya melakukan shalat dalam satu jama’ah,” kemudian mengumpulkan mereka semua menjalankan Shalat Tarawih dengan imam Ubai bin Ka’b. Begitulah yang terjadi di malam-malam berikutnya sampai sekarang di masjid-masjid Sunni. Khalifah Umar sendiri berkata, “Ini bid’ah yang bagus (ni’mal bid’ah) daripada mereka tidak melakukan shalat, tapi (sebenarnya) lebih baik mereka tidur pada waktu begini.” (maksudnya lebih baik melakukan shalat malam di bulan Ramadhan di akhir malam bukan di awal malam).

Berapa raka’at Rasulullah shalallahu alayhi wasallam melakukan shalat itu? Diriwayatkan oleh Aisyah radiallahu anha: Tidak lebih dari 11 raka’at yaitu 2 x 4 raka’at Shalat Tarawih ditambah 3 raka’at Shalat Witir.

Sumber: https://sunnah.com/bukhari/31

Anyway, semakin banyak raka’at ya semakin bagus. Semakin banyak Muslim ke masjid (at least setiap malam selama sebulan Ramadhan) juga sangat bagus. Apa lagi biasanya di antara Shalat Isya dengan Shalat Tarawih diselipkan kultum (ini bukan istilah dalam Bahasa Arab tapi singkatan dari “kuliah tujuh menit” walaupun durasinya kadang lebih lama/singkat dari 7 menit).

Yang nggak bagus kalau yang ceramah malah modus, hari-hari ini masih kayak zaman Pilkada DKI…yang keluar dari mulut orang-orang yang berdiri di mimbar-mimbar masjid itu malah isinya orasi yang “gitu tuh”. #sigh

Balik dari masjid bukannya adem, malah jadi “panas” deh.

Selamat mulai menjalankan sebulan ibadah puasa bagi saudara-saudara Muslim maupun non-Muslim yang ingin ikutan (ada temen kantor yang Nasrani tapi rajin puasa juga dari Adzan Subuh, baru makan-minum saat berbuka puasa bareng di kantor pada waktu Adzan Maghrib).

Semoga Ramadhan tahun ini membawa berkah kedamaian bagi seluruh umat manusia apa pun agamanya, dari Afghanistan sampai Zimbabwe. Amin ya Robbal alamin.

Selamat Merayakan Kenaikan Yesus Al Masih

Hari-hari ini umat Nasrani merayakan kenaikan Yesus alayhi salam. Sang Al Masih atau Juru Selamat (dalam bahasa Arab pengikutnya disebut “masihi”) menerima lalu mengajarkan Firman Allah kepada umat Yahudi namun malah dianggap musuh pemerintahan yang berkuasa di Yerusalem saat itu lalu ditangkap dan harus menjalani 3 kali pengadilan berdasarkan hukum mereka, yaitu:
– Di hadapan Hanas, mertua Imam Besar Kayafas.
– Di hadapan Imam Besar Kayafas.
– Di hadapan Mahkamah Agama (Sanhedrin).

Alasannya politis sekali, sama seperti kebencian Bani Quraisy terhadap Rasulullah Muhammad shalallahu alayhi wasallam di masa-masa awal kenabian (karena paman-pamannya tak mau menyerahkan kekuasaan mengingat di masa itu sistem pemerintahan yang berlaku kebanyakan teokratis, pemimpin agama sekaligus menjadi pemimpin negara, sehingga Firaun menyatakan dirinya tuhan bahkan sultan-sultan Jogja bergelar “hamengkubuwono khalifatullah” yang berarti “pemangku jagat mewakili Allah”). Mengakui Yesus alayhi salam sebagai utusan Allah berarti harus menyerahkan kekuasaan kepada Sang Kristus Raja.

Yerusalem saat itu adalah wilayah jajahan Kekaisaran Romawi, Yesus alayhi salam pun harus mengalami 3 proses pengadilan menurut hukum Romawi. Di hadapan Gubernur Roma, Pontius Pilatus, Yesus alayhi salam dituduh melakukan pelanggaran politik.

Pilatus tidak menemukan kesalahan namun setelah mendapati bahwa Yesus berasal dari Galilea, Pilatus mengirimkan Yesus kepada Raja Herodes yang memerintah daerah Galilea. Herodes tidak mendapati kesalahan pada Yesus alayhi salam, lalu mengirimkannya kembali kepada Pilatus lagi.

Terakhir kali Pilatus mengadili Yesus alayhi salam di atas kursi pengadilan resmi (bahasa Yunani: Litostrotos; bahasa Ibrani: Gabata) dan menjatuhkan hukuman mati dengan disalibkan.

Umat Nasrani mengimani bahwa 3 hari sesudah disalibkan, Yesus alayhi salam dibangkitkan, lalu 40 puluh hari kemudian diangkat ke surga. Tahun ini, peringatan peristiwa mi’raj itu jatuh pada hari Kamis, 10 Mei 2018 yang lalu, menjadi hari libur nasional “Kenaikan Isa Al Masih” di Indonesia.

Kalau Rasulullah Muhammad shalallahu alayhi wasallam melakukan perjalanan isra’ dari Makkah ke Yerusalem lalu mi’raj ke surga dari Masjidil Aqsha, Yesus alayhi salam dipercaya mi’raj dari The Chapel of the Ascension. Kapel itu dianggap bangunan suci bagi umat Nasrani dan Muslim.

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Chapel_of_the_Ascension,_Jerusalem

It’s in my wish list, semoga suatu saat saya akan bisa mengunjungi kapel itu insya Allah.

Selamat merayakan mi’raj Yesus alayhi salam bagi umat Nasrani, yang Muslim sudah duluan merayakan isra’ mi’raj Rasulullah shalallahu alayhi wasallam tanggal 14 April 2018 yang lalu.

Jangan Lupa “Bela Suriah”

Tanggal 24 Juli 1922, Liga Bangsa-Bangsa menyatakan adanya British Mandate for Palestine yang secara de jure menjadikan area yang disebut Palestina itu menjadi jajahan Inggris setelah 4 abad dikuasai oleh Kekhalifahan Utsmaniyah (Osmanli Imperatorlugu).

Kaum zionis bergerak cepat, berpegang pada Balfour Declaration (tertanggal 2 November 1917 yang menyatakan Inggris akan memberikan Palestina menjadi negara di Timur Tengah bagi etnis Yahudi) mereka langsung mengorganisir etnis Yahudi dari Benua Eropa dan Amerika untuk berimigrasi ke Palestina, mendirikan hunian mengokupasi wilayah itu di mana-mana.

Di tahun 1922, jumlah etnis Yahudi hanya 84 ribu orang dari total 752 ribu orang penduduk Palestina (71 ribu orang Nasrani, 589 ribu orang Muslim). Dalam waktu 25 tahun, demografi di Palestina berubah menjadi 630 ribu orang etnis Yahudi, 143 ribu orang Nasrani, dan 1,181 orang Muslim. Naik dari 11% menjadi 32% di tahun 1947.

Tanggal 14 Mei 1948, David Ben-Gurion (Executive Head of the World Zionist Organization) memproklamasikan berdirinya negara yang bernama Israel, beribukota di Tel Aviv, resmilah mereka mengambil alih kekuasaan Inggris terhadap Palestina. Sejak itulah PBB mengakui adanya negara merdeka yang bernama Israel, tapi negara yang bernama Palestina adalah wilayah terjajah.

Namanya jajahan, warga Palestina tidak punya hak selayaknya manusia merdeka. Pemerintah Israel bebas meratakan rumah-rumah, sekolah dan rumah sakit untuk diberikan jadi milik siapa pun yang berkewarganegaraan Israel. Wilayah otoritas Palestina semakin berkurang.

Perjuangan rakyat Palestina mulai tahun 1964 melalui PLO (Palestine Liberation Organization atau Organisasi Pembebasan Palestina) sejak dipimpin oleh Yasser Arafat (1969-2004), lalu dipimpin oleh Mahmoud Abbas hingga sekarang, belum menampakkan hasil. Palestina belum merdeka. Warga negaranya masih bangsa terjajah yang bahkan tak bisa keluar/masuk wilayahnya sendiri tanpa izin kaum penjajah.

Menlu RI Retno Marsudi pun tidak mendapatkan izin masuk ke Palestina untuk meresmikan Konsulat RI di negara itu sehingga terpaksa melakukan tugasnya di Jordania.

https://m.detik.com/news/berita/3163730/dilarang-masuk-palestina-menlu-retno-lantik-konhor-ri-ramallah-di-amman

Di tahun 2015, jumlah warga negara Israel sebanyak 8,5 juta orang (75% etnis Yahudi, 21% etnis Arab, dan 4% etnis-etnis lain). Warga negara Palestina yang tinggal di Tepi Barat jumlahnya sekitar 2,9 juta orang dan yang tinggal di Jalur Gaza hanya 1,8 juta orang. Jadi, dari total 13 jutaan orang yang tinggal di wilayah itu, 64% berkewarganegaraan Israel yang berstatus manusia merdeka sementara 36% berkewarganegaraan Palestina yang statusnya bangsa terjajah (bahkan tidak punya maskapai penerbangan sendiri). PLO yang memperjuangkan kemerdekaan Palestina dianggap sebagai organisasi teroris oleh penjajah zionis.

Beberapa hari lagi, rakyat Palestina akan memperingati “Nakba Day”. Bahasa Arab = يوم النكبة‎ ; Yawm an-Nakbah (berarti “hari kehancuran”), diperingati agar tidak ada yang lupa bagaimana mulai tanggal 15 Mei 1948, sehari setelah Ben-Gurion menyatakan berdirinya negara Israel, terjadi penjarahan lahan dan pengusiran besar-besaran terhadap warga negara Palestina. Tragedi kemanusiaan yang dimulai sejak 70 tahun yang lalu, dan belum berakhir sampai detik ini, sampai Palestina merdeka nanti.

Kini tercatat sekitar 6 juta orang warga Palestina berada di Jordania dll, terusir dari tanah air sendiri, memimpikan suatu saat nanti negaranya akan merdeka dan mereka bisa kembali.

Suriah, satu-satunya negara yang memberi hak bagi pengungsi Palestina sama dengan warga negaranya sendiri, telah kehilangan Dataran Tinggi Golan akibat kementerian pertahanannya kesusupan mata-mata Israel bernama Eli Cohen (dihukum gantung di muka umum tahun 1965). Setelah diacak-acak oleh Daesh (singkatan dari “Daulah Islamiyah” atau Islamic State), hari-hari ini negeri itu jadi medan perang AS-Inggris-Turki-Saudi vs pemerintah Suriah yang berdaulat didukung Iran.

Jadi, kalau sampeyan demen “bela Palestina”, tolong “bela Suriah” dan “bela Iran” juga karena Suriah dan Iran adalah musuh Israel (“the enemy of my enemy is my friend”). Berawal dari demo “ganti presiden” (sounds familiar ya?) tanggal 15 Maret 2011, sampai sekarang Presiden Assad beserta rakyat dan pasukan perangnya masih harus berjuang menumpas kelompok teroris yang ngotot mendirikan kekhalifahan.

Nah, kalau sampeyan teriak-teriak “bela Palestina” tapi ngefans berat sama Presiden Erdogan dan Raja Salman, yang temenan sama Israel/AS/Inggris rame-rame serang Suriah, ya aku dadi gumun. Lha piye, “the friend of my enemy is my enemy” toh?