Tentara Nasional Indonesia terdiri dari 3 matra yaitu Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Kebanyakan yang orang tahu hanya KOPASSUS pasukan terbaik yang milik TNI, dan menduduki peringkat ke-3 pasukan terbaik di dunia menurut penilaian Discovery channel military edition 2008. Padahal selain KOPASSUS sebenarnya setiap matra memiliki pasukan khusus.
KOPASSUS = Komando Pasukan Khusus, bagian dari Komando Utama (KOTAMA) tempur yang dimiliki oleh TNI AD. Prajuritnya memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror. Kemampuan 1 orang KOPASSUS sama dengan 8 orang TNI.
SAT-81/GULTOR = Satuan Penanggulangan Teror, dibentuk oleh Letjen TNI LB Moerdani (saat itu menjabat Kepala BAIS/Badan Intelijen Strategis) pasca pembajakan pesawat Garuda Indonesia tanggal 28-31 Maret 1981 (Peristiwa Woyla) oleh “Komando Jihad”Jamaah. Tidak seperti satuan lain yang sesekali mengekspos kegiatan mereka, data mengenai satuan ini sangat dirahasiakan karena visi dan misinya adalah untuk “tidak diketahui, tidak terdengar dan tidak terlihat”. Beberapa tahun belakangan, istilah GULTOR dihilangkan karena kualifikasi yang dimiliki lebih dari penanggulangan teror. Komandan pertamanya waktu dibentuk adalah Mayor Inf. Luhut Binsar Panjaitan dengan wakil Kapten Inf. Prabowo Subianto.
SAT BRAVO-90 = Satuan Bravo 90 dibentuk secara terbatas di lingkungan Korps Pasukan Khas TNI AU di tahun 1990. Bravo berarti yang terbaik. Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran Jenderal Guilio Douchet: Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan kekuatan udara lawan dengan cara menghancurkan pangkalan/instalasi serta alutsista-nya di darat daripada harus bertempur di udara. Kemampuan 1 orang SAT BRAVO-90 setara dengan 5 orang TNI.
KOPASKA = Komando Pasukan Katak, didirikan tanggal 31 Maret 1962 oleh Presiden Soekarno untuk mendukung kampanye militer di Irian Jaya. KOPASKA berkekuatan 3.000 prajurit. Satu grup di Armada Barat di Jakarta, dan satu grup di Armada Timur di Surabaya. Tugas utama mereka adalah menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan kekuatan amfibi. Kemampuan 1 orang KOPASKA setara dengan 24 orang TNI.
YONTAIFIB = Batalyon Intai Amfibi, satuan elit dalam Korps Marinir seperti halnya KOPASSUS dalam jajaran TNI AD. Dahulunya satuan ini dikenal dengan nama KIPAM (Komando Intai Para Amfibi). Salah satu program latihan bagi siswa pendidikan YONTAIFIB, adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat, sejauh 6 km di Selat Madura. Dari satuan ini kemudian direkrut lagi prajurit terbaik untuk masuk kedalam Detasemen Jala Mengkara (DENJAKA), pasukan elitnya TNI Angkatan Laut. Dalam segi tingkat kemampuan 1 orang YONTAIFIB sama dengan 24 orang TNI.
DENJAKA = Detasemen Jala Mangkara, sebuah detasemen pasukan khusus di TNI AL yang merupaka satuan gabungan antara personel KOPASKA dan YONTAIFIB. Anggota Denjaka dididik di Bumi Marinir Cilandak dan harus menyelesaikan suatu pendidikan yang disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut). Lama pendidikan ini adalah 9 bulan. Intinya DENJAKA memang dikhususkan untuk satuan anti teror walaupun mereka juga bisa dioperasikan dimana saja terutama anti teror aspek laut. Dalam segi tingkat kemampuan 1 orang DENJAKA sama dengan 120 orang TNI.
Di tahun 2015, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, membentuk pasukan gabungan yang terdiri dari prajurit-prajurit terbaik masing-masing matra. Namanya KOOPSSUSGAB (Komando Operasi Khusus Gabungan). Mereka standby, selalu siaga 24/7/365, siap bergerak dalam hitungan detik untuk menyelesaikan masalah keamanan terutama terorisme.
Kehadiran pasukan khusus di tengah kita ini dipublikasikan luas, resmi berdirinya tanggal 9 Juni 2015 pun dengan upacara militer di Lapangan Monas. Keahlian mereka untuk bertindak dengan cepat, efektif, dan senyap pastinya membuat gentar kelompok-kelompok pengacau keamanan. Tidak ada serangan teroris selama Jenderal Moeldoko menjabat Panglima TNI.
Sayangnya pada saat Jenderal Moeldoko pensiun lalu digantikan dengan Jenderal Gatot Nurmantyo (8 Juli 2015-8 Desember 2017), Koopssusgab dibubarkan. Para prajurit dikembalikan ke kesatuan masing-masing. Sayang sekali, Indonesia sangat membutuhkannya mengingat serangan teroris ternyata marak lagi sejak 2,5 tahun belakangan ini.
Tidak ada serangan teroris sepanjang tahun 2014-2015, tahun 2016-2018 ini sudah berkali-kali kedamaian kita dirusak kelompok pengacau keamanan yang berafiliasi ke Daulah Islamiyah (Islamic State) dengan tujuan mengubah Indonesia menjadi negara Islam.
14 Januari 2016 = 8 orang tewas (termasuk 4 orang teroris) dalam peristiwa penembakan dan bom bunuh diri di Sarinah, Jakarta Pusat.
5 Juli 2016 = seorang pelaku bom bunuh diri tewas setelah melakukan aksinya di halaman kantor Mapolresta Solo, Jawa Tengah, terjadi hampir bersamaan dengan ledakan yang terjadi di Madinah, Arab Saudi, sehari sebelumnya.
28 Agustus 2016 = teror bom terjadi di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Medan, Sumatera Utara, seorang pastor mengalami luka ringan di lengan kiri walaupun pelaku gagal meledakkan bom.
13 November 2016 = sebuah bom molotov meledak di depan Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, empat orang anak mengalami luka bakar di sekujur tubuh akibat peristiwa ini lalu satu orang di antaranya meninggal dunia di rumah sakit keesokan harinya.
14 November 2016 = sebuah bom molotov meledak di Vihara Budi Dharma, Singkawang, Kalimantan Barat, tidak ada korban jiwa maupun korban luka dalam peristiwa ini karena terjadi pada pukul 02:30 pagi WIB, saat tidak ada kegiatan di vihara.
24 Mei 2017 = dua bom meledak di sekitar Terminal Bus Kampung Melayu, Jakarta Timur pada malam hari, menewaskan 5 orang tewas yaitu 3 orang polisi yang gugur dalam tugas menjaga pawai obor menyambut bulan Ramadan pada malam itu dan dua pelaku bom bunuh diri.
30 Juni 2017 = seorang laki-laki menikam 2 orang petugas polisi beberapa saat setelah melakukan Shalat Isya berjama’ah dengan 20an anggota Brimob di Masjid Faletehan, hanya 200 m dari Mabes Polri, pelaku ditembak mati karena menolak menyerah lalu mengayun-ayunkan senjata tajamnya membahayakan masyarakat.
11 Februari 2018 = Gereja St. Lidwina Sleman, Yogyakarta, diserang seorang pria berpedang pada saat berlangsung misa Minggu pagi, empat jemaat dan seorang polisi menjadi korban sabetan, pelakunya adalah Suliyono yang sempat berusaha mendapatkan paspor untuk berangkat ke Suriah.
8 Mei 2018 = 156 orang narapidana kasus terorisme menyandera para petugas keamanan di Rumah Tahanan Salemba yang berada di Kompleks Mako Brimob, Depok, 5 orang polisi (4 orang anggota Densus 88 dan 1 orang dari Polda Metro Jaya) gugur setelah disiksa dengan sadis oleh teroris-teroris itu, mereka juga menyiksa 1 orang polisi dan 1 orang polwan, krisis berakhir setelah 155 orang napiter menyerah dan 1 orang napiter ditembak mati petugas keamanan.
13 Mei 2018 = bom bunuh diri meledak di Surabaya, pelakunya satu keluarga (Dita Oeprianto bersama istri dan empat anaknya), korban jiwanya 10 orang jemaah gereja termasuk anak-anak yang sedang menghadiri misa Minggu pagi, malamnya bom meledak di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, menewaskan tiga orang (termasuk kepala keluarga yang kejadian sedang merakit bom).
14 Mei 2018 = bom meledak di gerbang Mapolrestabes Surabaya, pelakunya satu keluarga (Tri Murtiono bersama istri dan tiga anaknya), anak perempuan bungsu mereka ternyata selamat dan kini menjadi saksi kunci bagi polisi membongkar jaringan teroris mereka.
16 Mei 2018 = aksi penyerangan juga terjadi di kawasan Mapolda Riau, Pekanbaru, Riau, pelaku melukai dua anggota kepolisian dengan senjata tajam, mobil lantas melaju ke arah pintu keluar dan kemudian menabrak satu anggota polisi lainnya yang mencoba menghalau laju kendaraan (Iptu Anumerta H. Auzar), 4 pelaku tewas ditembak di lokasi dan satu pelaku yang sempat melarikan diri sudah ditangkap.
Keputusan Presiden RI Ir H Joko Widodo untuk mengaktifkan kembali Koopssusgab sangatlah tepat. Personelnya yang hanya berjumlah 90 orang (gabungan prajurit-prajurit terbaik dari SAT-81 KOPASSUS TNI AD, DENJAKA TNI AL, dan SAT BRAVO-90 PASKHAS TNI AU) akan sangat mampu menangani masalah terorisme.
Digabungkan dengan kekuatan POLRI yang memiliki DENSUS 88 (angka 88 ini diambil dari ATA = anti-terrorist act atau “eighty eight”), KOOPSSUSGAB dijamin bisa membasmi teroris di Indonesia sampai ke akar-akarnya, yang sekarang menjadi kepentingan urgent menjelang Asian Games, 18 Agustus – 2 September 2018.
Selamat datang kembali, KOOPSSUSGAB! Selamat berjuang mengamankan bangsa dengan seluruh dukungan rakyat Indonesia yang cinta damai.
Referensi:
https://www.bintang.com/lifestyle/read/2245580/5-pasukan-tni-yang-sanggup-bikin-merinding-dunia
https://id.wikipedia.org/wiki/Detasemen_Khusus_81_(Penanggulangan_Teror)
https://rappler.idntimes.com/sakinah-haniy/daftar-lini-masa-serangan-teroris-indonesia
https://www.era.id/read/RMU1kp-mengenal-kekuataan-koopssusgab-tni
You must be logged in to post a comment.