Jangan Lupa “Bela Suriah”

Tanggal 24 Juli 1922, Liga Bangsa-Bangsa menyatakan adanya British Mandate for Palestine yang secara de jure menjadikan area yang disebut Palestina itu menjadi jajahan Inggris setelah 4 abad dikuasai oleh Kekhalifahan Utsmaniyah (Osmanli Imperatorlugu).

Kaum zionis bergerak cepat, berpegang pada Balfour Declaration (tertanggal 2 November 1917 yang menyatakan Inggris akan memberikan Palestina menjadi negara di Timur Tengah bagi etnis Yahudi) mereka langsung mengorganisir etnis Yahudi dari Benua Eropa dan Amerika untuk berimigrasi ke Palestina, mendirikan hunian mengokupasi wilayah itu di mana-mana.

Di tahun 1922, jumlah etnis Yahudi hanya 84 ribu orang dari total 752 ribu orang penduduk Palestina (71 ribu orang Nasrani, 589 ribu orang Muslim). Dalam waktu 25 tahun, demografi di Palestina berubah menjadi 630 ribu orang etnis Yahudi, 143 ribu orang Nasrani, dan 1,181 orang Muslim. Naik dari 11% menjadi 32% di tahun 1947.

Tanggal 14 Mei 1948, David Ben-Gurion (Executive Head of the World Zionist Organization) memproklamasikan berdirinya negara yang bernama Israel, beribukota di Tel Aviv, resmilah mereka mengambil alih kekuasaan Inggris terhadap Palestina. Sejak itulah PBB mengakui adanya negara merdeka yang bernama Israel, tapi negara yang bernama Palestina adalah wilayah terjajah.

Namanya jajahan, warga Palestina tidak punya hak selayaknya manusia merdeka. Pemerintah Israel bebas meratakan rumah-rumah, sekolah dan rumah sakit untuk diberikan jadi milik siapa pun yang berkewarganegaraan Israel. Wilayah otoritas Palestina semakin berkurang.

Perjuangan rakyat Palestina mulai tahun 1964 melalui PLO (Palestine Liberation Organization atau Organisasi Pembebasan Palestina) sejak dipimpin oleh Yasser Arafat (1969-2004), lalu dipimpin oleh Mahmoud Abbas hingga sekarang, belum menampakkan hasil. Palestina belum merdeka. Warga negaranya masih bangsa terjajah yang bahkan tak bisa keluar/masuk wilayahnya sendiri tanpa izin kaum penjajah.

Menlu RI Retno Marsudi pun tidak mendapatkan izin masuk ke Palestina untuk meresmikan Konsulat RI di negara itu sehingga terpaksa melakukan tugasnya di Jordania.

https://m.detik.com/news/berita/3163730/dilarang-masuk-palestina-menlu-retno-lantik-konhor-ri-ramallah-di-amman

Di tahun 2015, jumlah warga negara Israel sebanyak 8,5 juta orang (75% etnis Yahudi, 21% etnis Arab, dan 4% etnis-etnis lain). Warga negara Palestina yang tinggal di Tepi Barat jumlahnya sekitar 2,9 juta orang dan yang tinggal di Jalur Gaza hanya 1,8 juta orang. Jadi, dari total 13 jutaan orang yang tinggal di wilayah itu, 64% berkewarganegaraan Israel yang berstatus manusia merdeka sementara 36% berkewarganegaraan Palestina yang statusnya bangsa terjajah (bahkan tidak punya maskapai penerbangan sendiri). PLO yang memperjuangkan kemerdekaan Palestina dianggap sebagai organisasi teroris oleh penjajah zionis.

Beberapa hari lagi, rakyat Palestina akan memperingati “Nakba Day”. Bahasa Arab = يوم النكبة‎ ; Yawm an-Nakbah (berarti “hari kehancuran”), diperingati agar tidak ada yang lupa bagaimana mulai tanggal 15 Mei 1948, sehari setelah Ben-Gurion menyatakan berdirinya negara Israel, terjadi penjarahan lahan dan pengusiran besar-besaran terhadap warga negara Palestina. Tragedi kemanusiaan yang dimulai sejak 70 tahun yang lalu, dan belum berakhir sampai detik ini, sampai Palestina merdeka nanti.

Kini tercatat sekitar 6 juta orang warga Palestina berada di Jordania dll, terusir dari tanah air sendiri, memimpikan suatu saat nanti negaranya akan merdeka dan mereka bisa kembali.

Suriah, satu-satunya negara yang memberi hak bagi pengungsi Palestina sama dengan warga negaranya sendiri, telah kehilangan Dataran Tinggi Golan akibat kementerian pertahanannya kesusupan mata-mata Israel bernama Eli Cohen (dihukum gantung di muka umum tahun 1965). Setelah diacak-acak oleh Daesh (singkatan dari “Daulah Islamiyah” atau Islamic State), hari-hari ini negeri itu jadi medan perang AS-Inggris-Turki-Saudi vs pemerintah Suriah yang berdaulat didukung Iran.

Jadi, kalau sampeyan demen “bela Palestina”, tolong “bela Suriah” dan “bela Iran” juga karena Suriah dan Iran adalah musuh Israel (“the enemy of my enemy is my friend”). Berawal dari demo “ganti presiden” (sounds familiar ya?) tanggal 15 Maret 2011, sampai sekarang Presiden Assad beserta rakyat dan pasukan perangnya masih harus berjuang menumpas kelompok teroris yang ngotot mendirikan kekhalifahan.

Nah, kalau sampeyan teriak-teriak “bela Palestina” tapi ngefans berat sama Presiden Erdogan dan Raja Salman, yang temenan sama Israel/AS/Inggris rame-rame serang Suriah, ya aku dadi gumun. Lha piye, “the friend of my enemy is my enemy” toh?

Leave a comment